Sumber gambar: Sindonews.com
Di Indonesia mengenal tiga macam model pendidikan: Pendidikan formal, nonformal, dan pendidikan informal. Bahasa mudahnya yang bisa dlihat adalah pendidikan formal mewaliki pendidikan model sekolah, pendidikan nonformal seperti pendidikan yang dilaksanakan dua lembaga resmi yaitu PKBM dan SKB, adapun model pembelajarannya bisa di rumah (homeschooling) atau ke komunitas yaitu datang ke lembaga. Sedangkan informal yang dikelaola selain oleh kedua lembaga tadi bisa oleh keluarga dan lainya.
Sayangnya, hanya dua yang mendapat lisensi saat meminta ijin mendirikan lembaga yaitu pendidikan formal model sekolah dan pendidikan nonformal model PKBM dan SKB. para pelajarnya disebut Pelajar Paket A, Paket B, dan Paket C sedang di sekolah pelajar SD, SMP, dan SMA.
Dari sisi kurikulum sama saja muatan kurikulumnya, hanya saja untuk PKBM menggunakan kurikulum 2013 yang kontekstual, yaitu kurikulum yang mengadposi muatan lokal dan semua proses belajar diarahkan kepada kontekstual sehari-hari peserta didik. Hal ini karena untuk memahami antara ilmu dan praktek di lapangan itu sangat berkaitan.
Dibutuhkan guru yang luar yang memiliki pengalaman cukup banyak baik secara keilmuan maupun pengalaman human relation dengan peserta didik, karena pembelajaran di pendidikan kesetaraan menggunakan sistem modul, daring, luring, dan kontrak belajar, di mana peserta didik diarahkan untuk belajar modul, dan ujian menggunakan ujian modul. Selain itu, ilmu pengetahuan yang harus disampaikan benar-benar kontekstual dan up to date.
Kebutuhan yang luar biasa ini karena model peserta didik yang tidak beragam bagik pengalaman belajar, ilmu pengetahuannya, pengalaman keterampilan dan berbagai latar belakang psikologisnya. Sehingga tidak jarang bagi peserta yang memang niat belajarnya tinggi, akan melebih dari kawan-kawannya. Di sini lain ada yang peserta didiknya kurang semangat dan hanya ikut-ikutan saja. Dua kutub kekuatan ini bisakah para tutor memainkan perannya, agar semuanya mendapat pengalaman belajar.
PKBM Edukasi Jakarta salah satu lembaga yang mengalami hal tersebut. Ada pesdik yang keras motivasinya ingin mendaptkan sekolah di luar negeri dengan terus belajar fokus. Ada juga yang ingin fokus ke PTN dalam negeri sehingga tambahan belajar di mana-mana terus diupayakan. Di PKBM hanya sebagian waktu dihabiskan untuk memenuhi kewajiban belajarnya.
Apapun bentuknya dan corak karakter pelajar, maka lembaga memberikan keleluasan dan kemerdekaan belajar bagi peserta didik. Kemerdekaan belajar ini adalah untuk memberikan fokus masa depan mereka. Belajar di manapun tidak menjadi masalah, seperti tambahan bimbel, tambahan kursus dan lainya. Kami sebagai lembaga tetap memberikan penghargaan pengalaman belajarnya di luar.
Sama halnya dengan peserta didik yang dihadapi sendiri orang tunya atau homeschooling. Bagi peserta didik ini pun diberi keleluasan untuk memberkan jalan lebar agar cita-citanya tercapai. Lembaga pun memberikan akses luar kepada peserta didik di mana dan fokus ke mapel apa yang diinginkan. Antara lembaga dan orang tua akan terus mengupayakan jalan terbaiknya.
Berbicara dari sistem pendidikan di Indonesia, maka kemerdekaan belajar menjadi irama sejak dahulu di pendidikan kesetaraan. Membuat mereka yang memanaj masa depannya bebas ditentukan oleh masing-masing peserta didik.
Generatoin loss?
Ada masalah pendidikan yang menggejala akhir-akhir ini. Banyak dari kalangan pelajar di sekolah dasar sampai menengah dari kalangan mereka yang bersekolah maupun yang belajar di pendidikan kesetaraan. Siapakah mereka, mereka mogok belajar, tidak mau belajar, menghindari tempat belajar, dan lebih senang kumpul dengan kawannya, dan saat di rumah dan lebih fokus pada kegiatan non akademimk dan permaianan.
Saya meneyebut ini adalah salah satu gerombolan generation loss. Dampak sistem pendidikan yang kurang mampu mengimbangi dahsyatnya arus teknologi, sehingga daya tarik pendidikan melemah dan magnet kekuatan hiburan baik game, maupun area permainan lainnya mampu menyemangati mereka menghabiskan berjam-jam. Sehingga tidak jarang yang putus sekolah hanya karena masalah sepele dan takut untuk sekolah.
Kurikulum baru?
Hadirnya kurikulum baru yaitu kurikulum prototipe akan berusaha untuk mengurangi dampak generation loss. Wah manarik yah, pemerintah memiliki plan B rupanya dan ini sangat menarik karena ada upaya terus memperbaiki sistem pendidikan yang hampir prak poranda diterpa covid-19.
Di pendidikan kesetaraan sendiri sudah disiapkan modul-mdoul project yang akan menangani sistem kurikulum ini. Yaitu project profil pancasila. Istilah ini kalau di kurikulum lama disebut penguatan karakter. Ada enam karakter berminan dari profil pelajar Pancasila di Indonesia , yaitu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. berkembinekaan global, gotong royong, bernalar kritis, mandiri, dan enam kreatif.
Menurut hemat penulis, karakter profil pelajar pancasila ini menjad ruh dari mata pelajaran baik yang berbagis project maupun yang berbasis pengetahuan. Karena semua ilmu pengetahuan harus dikembalikan kepada moraltitas dan karakter. Karena karakter tak bisa hidup sendiri dengan keberadaan ilmu itu sendiri. Ilmu itulah sebagai pemberi kekuatan dahsyat pada karakter. Seperti karakter gotong royong mana bisa dilatih jika tidak ada project dari gurunya.
Kurikulum porotipe ini unik, selain tidak ada penjurusan IPA, IPS, Bahasa, peserta didik dapat mememilih mapel yang diinginkannya, bisa memilih waktunya mau diperlambat atau dipercepat. Demikian pula dari pihak gurunya ada merdeka mengajar. Mau mengajar dengan pelan-pelan sperti penulis saat mengajar akuntansi atau mau sistem cepat selesai.
Apapaun ini masih perkiraaan, kita tunggu pengumuman resminya dan semoga memberikan nafas baru di dunia pendidikan sehingga sistem pendidikan di Indonesia bisa berjalan beriringan dan saling support untuk generasi maju yang akan datang.
salam
M. Kurtubi
Ketua PKBM Edukasi Jakarta
0 Komentar